LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
DASAR
ASAM KARBOKSILAT DAN TURUNANNYA
NAMA : ULFA MULIA
KAWAROE
NIM :
H31112006
GOLONGAN/KELOMPOK : H5A / IX
HARI/TANGGAL : SELASA/26 MARET 2013
ASISTEN : YAFETH
LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam karboksilat adalah asam yang mempunyai peranan
sangat penting. Gugus fungsi karboksilat, -COOH, menjadi cirinya dan
merupakan Di
alam ini banyak terdapat senyawa asam. Bila suatu gugus hidroksil terikat
langsung pada suatu atom karbon dari gugus karbonil maka akan terbentuk suatu
gugus fungsi baru yaitu gugus karboksil. Senyawa-senyawa yang mengandung gugus
karbosil merupakan asam, karena dalam air senyawa-senyawa tersebut sedikit
mengalami ionisasi dengan pelepasan proton dan dapat dinetralisasikan dengan
basa. Asam-asam organik pada ummnya lemah dibandingkan dengan asam-asam mineral
dan hanya sedikit berdisosiasi dalam air, tetapi kesanggupannya membentuk
garam-garam yang stabil, bahkan dengan basa lemah natrium bikarbonat,
memberikan sifat-sifat fisika dan kimia yang khas pada senyawa-senyawa itu.
Asam
organik biasa juga kita kenal dengan asam karboksilat, contohnya asam formiat
(HCOOH) dan asam asetat (CH3COOH). Asam-asam karboksilat bersifat
asam lemah karena asam-asam karboksilat sedikit mengurai di dalam larutan berair. Selain itu, asam-asam
karboksilat ini juga memiliki nilai tetapan disosiasi (Ka) yang kecil, seperti
asam formiat yang nilai Ka-nya hanya 1,28 x 10-4 atau asam asetat
dengan nilai Ka yang hanya berkisar sekitar 1,8 x10-5.
Selain
asam-asam karboksilat ini bersifat asam lemah, masih banyak lagi sifat fisika
dan kimia dari asam-asam karboksilat. Dengan demikian, sifat fisika dan kimia
dapat diketahui dari asam karboksilat dan turunannya dapat diketahui secara
spesifik melalui percobaan asam karboksilat dan turunannya.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1
Maksud
Percobaan
Adapun
maksud percobaan ialah mengetahui beberapa sifat asam karboksilat dan
turunannya serta mengetahui reaksi esterifikasi asam karboksilat dengan alkohol.
1.2.2
Tujuan
percobaan
Adapun
tujuan percobaan yaitu menentukan sifat asam karboksilat dan turunannya serta
menentukan reaksi esterifikasi asam karboksilat dengan alkohol.
1.2.3
Prinsip Percobaan
HCOONa dan CH3COONa sebagai indikator dalam pembentukan garam dan
esterifikasi dengan menggunakan bahan
tambahan NaOH, CaCl2 dan pemanasan sehingga turunan asam karboksilat
dan reaksi esterifikasi didapatkan.
BAB II
TNJAUAN PUSTAKA
Asam
karboksilat ialah segolongan senyawa organik yang dicirikan oleh gugus
karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan
hidroksil. Rumus umum asam karboksilat ialah RCOOH. Asam karboksilat tergolong
asam karena senyawa ini mengion dalam larutan, menghasilkan ion karboksilat dan
proton (Wilbraham dan Matta, 1992).
Banyak
asam karboksilat rantai lurus mula-mula dipisahkan dari lemak sehingga dijuluki
juga sebagai asam lemah. Asam propionat yaitu asam dengan tiga karbon, secara
harfiah berarti asam lemak pertama (Yunani : protos = pertama; pion = lemak).
Asam berkarbon empat atau asam butirat diperoleh dari lemak mentega
(Latin:butyrum=mentega) (Wilbraham dan Matta, 1992).
Anggota
deret asam karboksilat alifatik yang berbobot molekul rendah tidak berwarna dan
mudah menguap. Baunya tajam dan tak sedap. Bau mentega tengik dan
bau kaki kotor ditimbulkan oleh asam butirat. Bau domba disebabkan oleh asam
rantai lurus dengan 6,8 dan 10 karbon (C-6, C-8, C-10). Anggota deret yang
lebih tinggi tidak atsiri, bertitik leleh rendah, dan berwujud padat seperti
lilin. Asam stearate (C-18) diperoleh dari lemak sapi (Yunani:stear=lemak), digunakan untuk membuat
lilin murahan. Asam stearat yang lebih tinggi kurang berbau (Wilbraham dan
Matta, 1992).
Seperti
alkohol, asam karboksiolat dapat membentuk ikatan hidrogen dennga sesamanya.
Bahkan dimer (pasangan karboksilat yang berikatan hidrogen) dapat dijumpai
dalam keadaan gas dari asam yang berbobot molekul rendah. Karena adanya ikatan
hidrogen titik didih dan titik leleh asam karboksilat lebih tinggi dibandingkan
senyawa lain yang bobot molekulnya sama. Semua asam karboksilat aromatik dan
asam dikarboksilat adalah padatan kristal
pada suhu kamar (Wilbraham dan Matta, 1992).
Asam-asam
aromatik mempunyai sifat-sifat keasaman yang serupa dengan asam-asam alifatik.
Asam benzoat (121°C)
merupakan padatan putih yang tetapan disosiasinya hampir sama dengan asam
asetat. Gugus-gugus hidroksil pada asam-asam karboksilat mempunyai beberapa
pengaruh penting terhadap sifat-sifat senyawa-senyawa itu (Usman dkk, 2013).
Kebanyakan
asam yang larut dalam air larut juga larut dalam basa. Asam-asam yang tidak
larut dalam air juga tidak larut dalam basa, karena diubah ke dalam garam-garam
ionik. Asam-asam mempunyai titik-titk didih yang lebih tinggi dari pada yang diramalkan oleh bobot-bobot
molekulnya. Asam asetat, yang mempunyai bobot molekul 60°C, mendidihkan pada suhu 118°C , suhu ini 202°C lebih
tinggi daripada titik n-propil alkohol (b.p.98°C) yang mempunyai bobot molekul yang
sama. Penyebab dari hal ini ialah bahwa asam-asam biasanya berada sebagai
dimer, dimana gugus hidroksil dari molekul yang satu terikat pada gugus
karbonil dari molekul yang lain dalam bentuk ikatan hidrogen (Usman dkk, 2013).
Asam
formiat (titik didih 101°C)
telah dikenal sejak 1670. Asam ini terdapat pada berbagai tanaman dan serangga
yang menggit dan menyengat; zat yang menyebabkan rasa pedis pada waktu terjadi
sengatan mengandung asam formiat dan kita telah mengetahui adanya senyawa ini
dalam beberapa jenis semut. Secara industri, asam formiat dapat dibuat dengan
mudah oleh reaksi dari karbon monoksida dengan natrium hidroksida. Pengasaman
natrium formiat yang terbentuk menghasilkan asam formiat (Usman dkk, 2013).
Asam
asetat (titik didih 118°C,
titik leleh 17°) merupakan konstituen utama dari cuka, diperoleh dengan jalan
fermentasi gula dengan bantuan udara (jika tidak ada udara hasinya ialah eter
alkohol). Tetapi secara industri, kebanyakan asam asetat itu dibuat dengan
jalan mengoksidasi asetaldehida, dimana asetaldehida sendiri diperoleh dari
hidrasi asetilena. Asam asetat dapat dipakai dalam pembuatan selulosa asetat
dan untuk sintesis dari sejumlah besar, ester. Klorinasi asam asetat
diberikan asam kloroasetat yang direaksikan dengan natrium 2,4-diklorofenoksida
menghasilkan pembunuh rumput (herbisida 2,4-D) (Usman dkk, 2013).
Distribusi asam-asam karboksilat
dari fasa cair ke fasa organik sangat dipengaruhi oleh kekuatan asamnya, untuk
asam-asam poli karboksilat besarnya prosentase asam terekstraksi sangat
tergantung dari harga derajad desosiasi pertamanya. Untuk pH inisial larutan
antara 2 –2,4 dimana lebih kecil dari pKA asamnya, maka asam ini akan lebih
mudah ditarik oleh pelarutnya, sehingga menghasilkan persentase ekstraksi lebih
besar [5]. Penambahan NaOH pada fasa cair untuk menaikkan besarnya pH,
akan mempengaruhi keberadaan asam-asam organiknya. Karena asam sitrat lebih
kuat daripada asam malat, maka asam sitart akan lebih banyak bereaksi dengan
NaOH dan mengakibatkan pengurangan jumlah asam sitrat dalam bentuk molekul.
Sehingga, pelarut organik akan lebih banyak
mengekstraksi asam malat yang tidak banyak mengalami ionisasi. Semakin tinggi
harga pH larutan awal, akan menurunkan secara drastis kemampuan ekstraksinya.
Fenomena ini juga disebabkan adanya netralisasi asam oleh NaOH tersebut, yang
mengakibatkan sistem pengomplekskan antara pelarut organik dengan asam-asam
karboksilat menjadi tidak sempurna (Martono, 2005).
Esters are polar
molecules, but their boiling points are lower than those of carboxylic acids
and alcohols of similar molecular weight because intermolecular hydrogen
bonding between ester molecules is impossible (Ouellette, 1994).
Ester adalah
molekul polar, namun titik didihnya lebih rendah dibandingkan dengan asam karboksilat dan alkohol
dengan berat molekul serupa karena
ikatan hidrogen antar molekul
antara molekul ester adalah tidak mungkin (Ouellette, 1994).
Esters can from
hydrogen bonds through their oxygen atoms to the hydrogen atoms of water
molecules. Thus, esters are slightly soluble in water. However, because esters
do not have a hydrogen atom to form a hydrogen bond to an oxygen atom of water,
they are less soluble than carboxylic acids (Ouellette, 1994).
Ester
dapat dari ikatan hidrogen melalui atom oksigen mereka dengan atom hidrogen
dari molekul air. Dengan demikian, ester yang
sedikit larut dalam air. Namun, karena ester tidak
memiliki atom hidrogen untuk
membentuk sebuah ikatan hidrogen atom
oksigen dari air, mereka kurang larut dari asam karboksilat (Ouellette, 1994).
Senyawa-senyawa
alkohol bereaksi dengan asam-asam karboksilat membentuk ester-ester
organik sebagai analog dari ester-ester yang terbentuk dari senyawa-senyawa
alkohol dengan asam-asam oksigen anorganik. Dalam pembuatan suatu ester, dimana
asam benzoat dipanaskan dalam metil alkohol bersama sejumlah kecol asam kuat
sebagai katalisator untuk membentuk metil benzoat (Usman dkk, 2013).
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah asam format, asam asetat, natrium format, natrium asetat,
natrium hidroksida, kalsium klorida, amyl alkohol, etanol, dan asam sulfat, sabun, label, tissue, aquadest, dan korek.
3.2
Alat Percobaan
Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas piala 50 ml,
kaki tiga, kasa, lampu spirtus,
gelas piala 250 ml, lap kasar dan gegep.
3.3
Prosedur Percobaan
3.3.1 Percobaan A
Menyiapkan
dua buah tabung reaksi, lalu tabung pertama diisi dengan natrium formiat dan tabung kedua diisi dengan natrium
asetat masing- masing 1 gram. Selanjutnya dipanaskan 10-15 menit hingga keluar
gelembung gas yang hebat. Selanjutnya didinginkan kemudian ditambahkan 5 ml air
kedalam masing-masing tabung. Selanjutnya dipanaskan kembali kemudian didiamkan
atau didekantasi dan
diambil supernatannya, dideteksi CaCl2 5 M, dan dicatat perubahan
yang terjadi.
3.3.2 Percobaan B
Menyiapkan
dua buah tabung reaksi, tabung pertama diisi dengan HCOOH 1 M dan tabung kedua
diisi dengan CH3COOH 1 M, masing-masing 1 ml. Selanjutnya
ditambahkan NaOH 1 M dalam jumlah yang sama. Kemudian dipanaskan kedua tabung
tersebut hingga semua airnya menguap. Lalu didinginkan dan ditambahkan 5 ml air
kedalam masing-masing tabung. Selanjutnya dipanaskan kembali kemudian
didiamkan/dekantasi. Kemudian,
diambil supernatannya, dideteksi CaCl2 5 M, dan dicatat perubahan
yang terjadi.
3.3.3 Percobaan C
Memasukkan 1 ml etanol dalam tabung reaksi
lalu ditambahkan 1 ml asam asetat glasial dan 1 ml H2SO4 pekat.
Kemudian dimasukkan kedalam gelas piala berisi air yang diletakkan diatas lampu
spirtus selama 5 menit. Selanjutnya didinginkan, diperhatikan, dicium baunya
dan dicatat perubahan aromanya.
Kemudian, diulangi prosedur ini dengan menggantikan etanol dengan amyl alkohol.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.
1 Hasil Pengamatan
4.1.1
Tabel Pengamatan
4.1.1.1
Reaksi garam karboksilat dengan air dan CaCl2
Zat
|
Perubahan yang
terjadi
|
Keterangan
|
Pemanasan
|
+air
|
+CaCl2
|
HCOONa
|
Bening
|
Endapan kuning
|
Terdapat
endapan putih & tidak berwarna
|
Bereaksi
|
CH3COONa
|
Putih
|
Tidak berwarna
|
Tidak berwarna
|
Bereaksi
|
4.1.1.2 Reaksi asam karboksilat dengan
air dengan CaCl2
·
Tabung (1) setelah ditambah NaOH dan
dipanaskan terbentuk 2 fase, yaitu endapan putih kapur dan filtratnya
(supernatan)
·
Tabung (1) setelah ditambah NaOH dan
dipanaskan terbentuk 2 fase, yaitu endapan putih kapur dan filtratnya
(supernatan)
Zat
|
Perubahan
yang terjadi
|
Keterangan
|
Pemanasan
|
+air
|
+CaCl2
|
CH3COOH
|
Terdapat
endapan putih & gelembung gas
|
Endapan hilang
(larut dalam air)
|
Endapan hilang
|
Bereaksi
|
HCOOH
|
Terdapat
endapan putih & gelembung gas
|
Endapan hilang
(larut dalam air)
|
Endapan hilang
|
Bereaksi
|
4.1.1.3 Reaksi Esterifikasi
Zat
|
Hasil
Esterifikasi
|
Keterangan
|
Etanol
|
Aroma balon
|
Bereaksi
|
Amyl Alkohol
|
Aroma balon
menyengat
|
Bereaksi
|
4.1.2
Reaksi
4.2
Pembahasan
4.2.1 Percobaan A
Pada percobaan asam
karboksilat dan turunannya telah dilakukan pengamatan dengan 3 tahap percobaan yaitu, pada prosedur A
digunakan natrium formiat (HCOONa) yang kemudian dipanaskan, tujuan dari
pemanasan ini adalah agar garam formiat ini terurai menjadi HCOO- +
Na+ dan jika HCOO- + H2O
HCOOH + OH-,
artinya tujuan pemanasan ini adalah untuk memperoleh asam yang membentuk garam
formiat (HCOONa), setelah dipanaskan ditambahkan air 5ml, penambahan yang
dimaksudkan diatas yaitu untuk membentuk asam pembentuk garam formiat (HCOONa).
Setelah ditambahkan air, panaskan kembali
yang bertujuan agar terbentuk filtrat, kemudian filtratnya diambil dan
ditambahkan dengan CaCl2. Tujuan penambahan CaCl2 ini
adalah untuk mengetahui dalam filtrat terdapat garam. Jika dalam filtrat
tersebut benar terdapat garam, maka jika direaksikan dengan CaCl2
akan terbentun NaCl atau garam.
4.2.2 Percobaan B
Pada prosedur B yang
digunakan adalah asam karboksilat yaitu HCOOH dan CH3COOH, kedua asam ini masing-masing ditambahkan
NaOH 1 M, tujuan dari penambahan ini adalah untuk menetralisasi asam
karboksilat seperti kita ketahui bahwa asam karboksilat dapat dinetralisasi
oleh basa yang menghasilkan garam dan air. Setelah itu asam karboksilat (HCOOH
dan CH3COOH ) ini dipanaskan, tujuannya yaitu sama dengan percobaan
A, karena setelah ditambahkan NaOH ternyata terbentuk garam maka dipanaskan
agar garam tersebut terurai kembali menjadi HCOO- dan H+.
Makanya pada tabung kita dapat melihat dua fase. Setelah itu ditambahkan lagii
dengan air yang bertujuan agar air membentuk kembali asam karboksilat yang
membentuk garam. Selanjutnya dipanaskan kembali yang bertujuan agar terbentuk
filtrat, kemudian filtratnya ditambah CaCl2 dengan tujuan mengetahui
dalam filtrat tersebut terdapat garam, sehingga jika direaksikan dengan CaCl2
akan terbentuk NaCl. Pada prosedur B ini hasil yang diperoleh dilaboratorium
sesuai dengan teori karena kedua tabung reaksinya memiliki endapan dimana jika
terbentuk garam maka seharusnya ada endapan yang sesuai dengan percobaan A, pada saat HCOONa
ditambah CaCl2 terbentuk
endapan.
4.2.3 Percobaan C
Percobaan C, pada prosedur C yang digunakan adalah etanol dan
amyl alkohol untuk reaksi esterifikasi. Etanol atau amyl alkohol ditambahkan
dengan asam yaitu CH3COOH dan H2SO4 pekat,
tujuan penambahan ini yaitu untuk memperoleh ester sebagaimana kita ketahui
bahwa ester dapat diperoleh dilaboratorium dengan cara mereaksikan asam
karboksilat dan alkohol, kemudian dipanaskan dengan tujuan agar etanol dengan
asam karboksilat bercampur dengan sempurna. Karena aroma pada ester sudah
tercium maka, tidak dicampurkan dengan aquadest berisi 50 mL. Jika etanol
direaksikan dengan asam karboksilat akan menghasilkan ester yang wangi (bau
ballon), sedangkan jika amyl alkohol direaksikan dengan asam karboksilat juga
menghasilkan ester yang wangi tetapi baunya lebih tajam.
BAB
V
KESIMPULAN
5.1
KESIMPULAN
1. Sifat asam karboksilat antara lain
dapat di netralisasi oleh basa, asam karboksilat ini juga bersifat asam lemah
yang Ka dari HCOOH hanya 1,8 . 10-4 dan Ka dari CH3COOH hanya
sekitar 1,8 . 10-5. Salah satu turunan asam karboksilat adalah
ester, yang sifatnya harum.
2. Asam karboksilat ditambah alkohol akan
menghasilkan ester hal ini dapat ditandai juga dari aroma yang dihasilkan.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar,
2 April 2013
Asisten Praktikan
YAFETH ULFA
MULIA KAWAROE
DAFTAR
PUSTAKA
Martono
Hp, Agus, 2006. Jurnal Gradien, Efek
Kenaikan PH Pada Mekanisme
Ekstraksi Cair-cair Terhadap
Asam-asam Karboksilat, (2), 130-133.
Ouelette,
Robert J, 1995. Organic Chemistry.
Macmillan Publishing Company.
New York
Usman, Hanapi, 2013. Kimia Organik. UNHAS. Makassar
Wilbraham, Antony C,
1992. Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung
LAMPIRAN
1.
Bagan
Kerja
A. Reaksi
garam karboksilat dengan air dan
CaCl2
B. Reaksi
asam karboksilat dengan air dan CaCl2
C. Reaksi
esterifikasi
2. Gambar
hasil praktikum
A.
Natrium
asetat
B.
Natrium formiat
C.
Asam
asetat
D.
Asam
formiat
E.
Etanol
F.
Amyl alcohol
-
Sebelum
dipanaskan - Setelah dipanasakan